Tradisi untuk Bayi Baru Lahir Sesuai Sunnah Rasulullah SAW

Oleh : Delia Anjali

Kelahiran seorang bayi merupakan anugerah untuk setiap orang tua, karena untuk mencapai proses kelahiran, orang tua terutama Bunda harus melewati proses mengandung yang mungkin bagi sebagian Bunda merupakan proses yang tidak mudah. Selain itu, mengandung sekaligus merupakan pengalaman terbaik yang pernah dialami oleh Bunda. Oleh karena itu, biasanya kelahiran seorang bayi disambut dengan berbagai macam perayaan sebagai bentuk rasa syukur dan suka cita orang tua atas kelahiran buah hati mereka.

Di Indonesia sendiri, ada berbagai macam bentuk perayaan kelahiran buah hati yang biasa dilakukan, karena Indonesia adalah negara yang multikultural kaya akan adat, budaya, dan tradisi, setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing. Namun, terdapat kesamaan tradisi bagi kaum muslim untuk merayakan kelahiran seorang bayi, yaitu azan dan iqamah untuk bayi yang baru lahir, menamai bayi yang baru lahir dengan nama-nama terbaik, serta aqiqah.

Azan dan Iqamah untuk Bayi yang Baru Lahir

Tiap anak adalah anugerah dari Allah SWT. Kehadirannya hendaklah disambut dengan penuh syukur dan suka cita. Mengazani sekaligus mengiqamahkannya merupakan salah satu bentuk sambutan dengan penuh syukur dan suka cita. Sebab, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Setiap anak yang dilahirkan telah membawa fitrah beragama (perasaan percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanya lah yang menjadikan anak tersebut Nasrani, Yahudi, Majusi, atau Ia masuk ke dalam Islam.” (H.R. Bukhari).

Sebagai orang tua muslim yang taat dan beriman, hendaknya memberikan pendidikan tauhid sejak dini kepada anak. Karena Rasulullah SAW menganjurkan untuk membacakan kalimat ‘La laaha illallah’ yang artinya tiada Tuhan selain Allah.

Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW: “Bacakanlah kepada anak-anakmu kalimat pertama dengan ‘Laa ilaaha illallah‘ yang artinya tiada Tuhan selain Allah.(H.R. Hakim).

Dikutip dari detikhikmah yang menyadur buku Fiqih Islam wa Adilatuhu Jilid 4 oleh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dijelaskan bahwa hendaknya seorang anak yang baru lahir diperdengarkan azan di telinga kanannya dan iqamah di telinga kirinya sesuai syariat Islam. Hal ini dilakukan Rasulullah SAW pada cucunya Hasan ketika baru dilahirkan Fatimah.

Diriwayatkan dari Ibnu Sunni dari Hassan bin Ali bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang dikaruniai anak, lantas mengumandangkan azan di telinga kanan dan iqamah di telinga kirinya, maka anak itu tidak akan diganggu Ummush-shibyan.”

Ummush-shibyan sendiri ialah sebutan untuk jin yang mengiringi setiap manusia.

Kumandang azan pada telinga bayi yang baru lahir juga bertujuan agar suara pertama yang didengar bayi ketika tiba di dunia adalah kalimat tauhid. Selain itu, kalimat azan juga akan membuat bayi terlindungi dari setan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa setan lari terbirit-birit saat mendengar azan.

Selain azan dan iqamah, Ayah Bunda juga bisa membacakan doa keselamatan untuk bayi yang baru lahir.

Menamai Bayi yang Baru Lahir dengan Nama-nama Terbaik

Setiap orang tua tentu ingin anaknya memiliki kehidupan yang baik dan bahagia. Nama adalah doa. Jadi, orang tua hendaklah memberikan nama pada bayi dengan arti yang baik.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya kalian di hari Kiamat nanti akan dipanggil dengan nama kalian dan nama bapak kalian. Oleh karena itu, baguskanlah nama-nama kalian” (HR. Dawud).

Adapun nama yang paling utama adalah Abdullah dan Abdurrahman, karena dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim disebutkan bahwa, “Nama yang paling disukai di sisi Allah SWT adalah Abdullah dan Abdurrahman”.

Dalam riwayat lain dari Abu Dawud, terdapat tambahan berikut, “…dan nama yang paling bagus adalah Haris dan Hamam, sementara nama yang paling buruk adalah Harb dan Murrah”.

Ada beberapa kategori nama yang baik, yakni nama yang berunsur Asmaul Husna, nama para nabi dan juga nama malaikat. Rasulullah SAW dalam sebuah hadits mengizinkan untuk menggunakan namanya pada bayi yang baru lahir tetapi melarang untuk menggunakan gelarnya.

Sebagai bagian dari doa kepada anak, sebaiknya hindari memberikan nama dengan arti yang buruk karena termasuk makruh. Misalnya memberikan nama anak dengan nama-nama seperti Setan, Zalim, Syihab (panah api), Jimat (keledai), Kulaib (anjing kecil), dan nama-nama lain yang berlebihan dan memiliki arti yang buruk.

Bagi anak-anak yang diberikan nama dengan arti kurang baik karena orang tuanya tidak mengerti dan mengetahui, maka disunnahkan untuk mengganti nama tersebut. Hal tersebut didasarkan kepada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “Sesungguhnya Rasulullah SAW telah menukar nama seseorang yang bernama ‘Ashiyah (perempuan yang suka bermaksiat) dengan Jamilah (perempuan yang cantik)”.

Aqiqah

Tradisi kaum muslim dalam menyambut kelahiran bayi yang terakhir adalah aqiqah. Karena Aqiqah merupakan manifestasi rasa syukur orang tua atas kehadiran buah hati. Aqiqah sendiri bertujuan untuk membebaskan anak yang baru lahir dari kondisi tergadaikan atau kondisi dimana terhalangnya orangtua mendapatkan syafa’at dari si anak, yang bersandar pada hadits:

“Dari Samurah Ra., sesungguhnya Rasulullah saw berkata “Anak yang baru lahir masih tergadai sampai disembelihkan baginya akikah pada hari yang ketujuh dari hari lahirnya, dan hari itu juga hendaklah dicukur rambutnya, dan diberi nama.” (HR. At-Tirmizi).

Dalam usaha membebaskan si anak dari kondisi tergadaikan, Syamil Aqiqah hadir untuk #MembebaskanTanpaMemberatkan dengan berbagai pilihan paket aqiqah terjangkau yang dapat Ayah Bunda pertimbangkan. 

Silakan konsultasi dan order langsung dengan Costumer Service kami, KLIK LINK DI BAWAH.

Panduan Beraqiqah yang Ayah Bunda Harus Tahu!

Oleh : Delia Anjali

Sekarang ini, banyak sekali jasa aqiqah bonafide dengan harga bersaing dan pilihan produk menarik yang bervariasi dengan bermacam bonus, yang tentunya membuat Ayah Bunda bingung untuk menjatuhkan pilihan jasa aqiqah mana yang akan dipakai.

Ayah Bunda sebaiknya tidak usah bingung, karena artikel ini akan menjelaskan panduan Ayah Bunda agar tidak salah memilih dan memakai jasa aqiqah yang sesuai dengan budget dan kebutuhan.

Tahap #1 Pilihlah Jasa Aqiqah yang Tergabung ASPAQIN

ASPAQIN (Asosiasi Pengusaha Aqiqah Indonesia) merupakan suatu organisasi pembina sekaligus pengawas dari para penyaji aqiqah, supaya para penyaji aqiqah ini dapat menjalankan fungsinya dengan baik, benar, amanah, dan professional. InsyaAllah Ayah Bunda akan sangat terbantu jika memercayakan aqiqah si kecil kepada jasa aqiqah yang sudah tergabung ASPAQIN.

Tahap #2 Pilihlah Jasa Aqiqah yang Sudah Berpengalaman

Untuk panduan yang ini, Ayah Bunda bisa mencari lewat mesin pencari Google, maupun bisa lewat rekomendasi dari sanak saudara atau kerabat yang sudah mengaqiqahi putra/i mereka untuk selanjutnya dapat diseleksi jasa aqiqah mana yang paling cocok dengan kebutuhan Ayah Bunda.

Tahap #3 Lihat Testimoni dari Media Sosial Jasa Aqiqah

Testimoni dari konsumen jasa aqiqah yang akan Ayah Bunda pakai tentu sangat berperan penting sebagai referensi. Ayah Bunda bisa menilai sendiri bagaimana kualitas pelayanan dari jasa aqiqah terkait berdasarkan ulasan dari konsumen lewat media sosial.

Tahap #4 Pilihlah Paket Aqiqah Sesuai Kemampuan dan Kebutuhan

Setelah memilih beberapa pelaku jasa aqiqah yang paling cocok dengan kebutuhan dan kemampuan Ayah Bunda, sekarang waktunya untuk menyesuaikan pilihan paket produk aqiqah yang mereka tawarkan sesuai dengan kebutuhan Ayah Bunda.

Tahap #5 Lihatlah Nilai Tambah yang Ditawarkan Paket Aqiqah

Sering sekali terjadi, Bunda belum melihat ternak yang akan dipotong tapi yang ditanyakan malah bonus-bonus yang akan didapatkan dari paket aqiqah yang dipesan. Sebetulnya tidak masalah, karena bonus-bonus tadi merupakan nilai tambah mengapa Bunda mempertimbangkan untuk memilih paket tersebut. Tapi, harus Bunda ingat kalau bonus-bonus tadi hanyalah pelengkap dari layanan yang diberikan jasa aqiqah yang Bunda pilih, ya.

Tahap #6 Lakukan Test Food

Setelah melewati semua urutan di atas, tahap selanjutnya yang Ayah Bunda harus lakukan adalah mencicipi makanannya. Test food ini berfungsi supaya Ayah Bunda mengetahui rasa dan kualitas dari sajian paket aqiqah.

Apabila Ayah Bunda memercayakan aqiqah si kecil kepada kami, Syamil Aqiqah, sudah pasti tahap-tahap di atas terpenuhi karena di Syamil Aqiqah :

  1. Tergabung ASPAQIN (Asosiasi Pengusaha Aqiqah Indonesia)
  2. Gratis Test Food dengan Banyak Pilihan Menu
  3. Gratis Banyak Bonus Souvenir, Exclusive Dapat Parcel 300K
  4. Gratis Ongkir Seluruh JABODETABEK
  5. Garansi Hewan Sehat, Bisa Pilih dan Datang Langsung
  6. Garansi Pemotongan Syar’i
  7. Garansi Makanan Enak dan Lezat karena Diolah Langsung Oleh Chef dengan Pengalaman +20 Tahun

Berikut Rekomendasi Pilihan Paket untuk Ayah Bunda

Silakan konsultasi dan order langsung dengan Costumer Service kami, KLIK LINK DI BAWAH.

4 Jenis Hewan Kurban untuk Aqiqah dalam Agama Islam: Mengenal Keistimewaannya

Dalam agama Islam, aqiqah merupakan salah satu ibadah yang dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahiran seorang bayi. Aqiqah melibatkan peyembelihan hewan sebagai tanda pengorbanan dan membagi daging-daging kepada orang-orang yang membutuhkan.

Berikut adalah empat jenis hewan kurban yang umum digunakan dalam aqiqah, beserta keistimewaannya menurut ajaran agama islam:

Kambing: Kambing merupakan jenis hewan yang paling umum digunakan dalam aqiqah. Keistimewaan kambing terletak pada kesederhanaannya dan ketersediaannya. Sunnah Rasulullah Muhammad SAW juga menyarankan untuk menggunakan kambing dalam aqiqah. Selain itu, daging kambing memilik keberkahan, artinya banyak kebaikan pada daging kambing ini. Terdapat perintah agar kita memelihara dan memanfaatkan kambing karena padanya ada keberkahan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
” Peliharalah (manfaatkan) oleh kalian kambing kerana di dalamnya terdapat barakah”[1. HR. Ahmad, dishahihkan oleh syaikh Al-Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah 2/417].

Domba: Domba juga merupakan pilihan yang umum dalam aqiqah. Keistimewaan domba terletak pada kemudahan perawatannya dan ukurannya yang lebih besar dibandingkan kambing. Rasulullah juga dianjurkan menggunakan domba dalam beberapa keadaan. Keberadaan hewan domba beserta manfaatnya ternyata sudah lama dijelaskan dalam kitab suci Alquran dan sains. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam kitab suci Alquran Surah An-Nahl Ayat 80: “Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)-nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).

Sapi/Jantan Lembu: Sapi atau jantan lembu adalah pilihan yang lebih besar dan lebih berat daripada kambing atau domba. Keistimewaan sapi terletak pada bobot dagingnya yang lebih banyak sehingga dapat memenuhi kebutuhan lebih banyak orang. Namun, karena ukurannya yang besar, sapi mungkin tidak selalu praktis dalam setiap aqiqah.

Unta: Meskipun kurang umum digunakan dalam aqiqah, unta juga bisa menjadi pilihan. Keistimewaan unta terletak pada kemampuannya untuk bertahan di lingkungan yang keras dan mampu memberikan daging dalam jumlah yang cukup banyak. Unta memiliki keistimewaan karena dikenal sebagai hewan yang penurut, yang dapat melayani tuannya dan menuruti setiap perintah tuanya dengan patuh.

Silakan konsultasi dan order langsung dengan Costumer Service kami, KLIK LINK DI BAWAH.



 

Penulis: Selviana

 

4 Jenis Kambing dan Syaratnya, Jangan Sampai Salah!

Menurut studi yang dipublikasikan oleh Repository UIN Raden Intan Lampung menyebutkan bahwa aqiqah tidak hanya merupakan suatu syariat Islam, tapi juga terdapat nilai-nilai pendidikan Islam yang menyertainya. Hal ini terjadi karena dalam pelaksanaan aqiqah, terdapat bukti pendidikan keimanan berupa iman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, juga terdapat nilai pendidikan ibadah karena termasuk syariat Islam. Selain itu, juga terdapat nilai pendidikan akhlak dan nilai pendidikan sosial karena dengan aqiqah dapat memunculkan sikap peduli terhadap orang lain. Dalam pelaksanaan aqiqah, terdapat beberapa jenis kambing yang banyak terdapat di Indonesia.

1.Kambing Kacang

Jenis kambing ini termasuk kambing lokal yang dapat dengan mudah ditemui di Indonesia. Ciri-ciri kambing ini memiliki badan yang kecil dan ringan, telinga pendek, punggung meninggi dan berukuran pendek. Umumnya kambing kacang berwarna hitam, putih, dan coklat atau kombinasi ketiga warna tersebut.

2. Kambing Etawa

Kambing Etawa adalah salah satu jenis kambing yang di datangkan dari India. Kambing ini juga merupakan penghasil susu dan termasuk kambing pedaging. Kambing Etawa memiliki ciri khas tersendiri yaitu memiliki telinga yang terkulai ke bawah dan panjang. Kambing ini juga memiliki tanduk pendek untuk jantan maupun betina. Jenis kambing ini cocok dipilih sebagai kambing aqiqah karena mudah ditemui di Indonesia, meskipun memiliki harga yang relatif mahal dibandingkan dengan jenis kambing lainnya.

3. Kambing Peranakan Etawa (PE)

Selain kambing etawa, jenis kambing peranakan etawa juga cocok dijadikan sebagai kambing aqiqah. Kambing ini merupakan hasil persilangan dari kambing etawa dengan kambing lokal atau kacang. Ciri-cirinya adalah telinganya yang panjang dan terkulai, warna bulunya coklat muda hingga kehitaman dan ukurannya lebih kecil dari kambing etawa

4.Kambing Gibas

Kambing gibas sering digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai kambing kurban. Ciri-cirinya adalah mempunyai ekor tipis, tubuh kecil, serta mempunyai bulu yang relatif kasar. Dagingnya sendiri relatif kecil.

Selain jenis kambing aqiqah, juga terdapat beberapa syarat hewan aqiqah yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan aqiqah anak. Diantaranya : 

1. Jenis Hewan

Jenis hewan yang digunakan ketika aqiqah hanya bisa kambing atau domba dengan syarat sehat dan tidak memiliki cacat, berusia minimal 6 bulan untuk domba dan minimal 1 tahun untuk kambing, gigi hewan sudah poel (pergantian gigi hewan)

2. Banyak Hewan

Untuk meng-aqiqahkan anak laki-laki, maka jumlah kambing atau domba yang disembelih adalah 2 ekor, sedangkan untuk anak perempuan sebanyak 1 ekor.

3. Waktu Penyembelihan

Sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW, aqiqah dilaksanakan pada hari ke-7 setelah kelahiran anak.

4. Pemberian Daging

Dalam penyembelihan hewan aqiqah, bisa dibagikan dalam bentuk siap satu atau mentah dan dapat dibagikan kepada siapapun, seperti tetangga, saudara, teman, fakir miskin dan sebagainya.

Itulah beberapa penjelasan mengenai jenis kambing untuk aqiqah yang banyak ditemui di Indonesia yang bisa menjadi pedoman sebelum melaksanakan syariat Islam bagi anak yang baru lahir. Semoga Bermanfaat!

Oleh : Dzuria Hilma Qurotu Ain

Orang Tua Harus Tau! Berikut Tata Cara dan Hukum Aqiqah Menurut Islam

Sc : Google

Menurut istilah, aqiqah adalah penyembelihan hewan qurban karena kelahiran seorang bayi dari sebuah keluarga sebagai rasa syukur atas karunia keturunan dari Allah SWT. Hukum aqiqah menurut ulama mazhab syafi’i adalah sunnah dilakukan oleh pihak-pihak yang wajib menafkahi anak tersebut. Sedangkan menurut ulama mazhab Hanafi menyatakan bahwa aqiqah hukumnya mubah dan tidak sampai mustahab (dianjurkan).

Jumhur ulama berpendapat bahwa hukum aqiqah tidak wajib. Namun, aqiqah akan menjadi wajib hukumnya jika di-nadzarkan sebelumnya. Dalam Islam, Aqiqah memiliki banyak manfaat yang menyertainya diantaranya adalah upaya mewujudkan sunnah dan teladan dari Rasulullah, menumbuhkan kepedulian antar sesama dan mempererat tali silaturahmi. Sebelum melakukan aqiqah pada anak, terdapat tata cara dan ketentuan aqiqah yang perlu diketahui oleh orang tua. Berikut adalah tata cara yang perlu diperhatikan saat melakukan aqiqah : 

1. Jumlah hewan yang disembelih
Jumlah yang disembelih untuk aqiqah anak laki-laki adalah sebanyak dua ekor. Sedangkan perempuan satu ekor. Tetapi, tata cara aqiqah untuk anak laki-laki dan perempuan biasanya sama.
2. Syarat memilih hewan aqiqah
Hewan yang disembelih saat aqiqah memiliki syarat yang sama dengan hewan yang disembelih ketika kurban, diantaranya harus berkualitas, sehat, tidak cacat dan bebas dari berbagai penyakit. Usia hewan minimal setengah tahun.
3. Waktu pelaksanaan aqiqah
Pendapat ulama menyebutkan bahwa aqiqah dianjurkan dilaksanakan 7 hari setelah kelahiran anak. Namun, jika belum memungkinkan, dapat diganti di hari ke-14 atau ke-21.
4. Menyembelih hewan aqiqah
Ketika menyembelih hewan aqiqah, penyembelih tidak mematahkan tulang dari sembelihan. Ini dilakukan agar hikmah yang terkandung adalah tafa’ul atau berharap akan keselamatan tubuh dan anggota badan dari anak tersebut. Penyembelih juga diharuskan untuk membaca doa.
5. Mengolah daging aqiqah
Terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini, ada ulama yang menyebutkan bahwa daging aqiqah dapat dibagikan secara mentah. Namun, banyak ulama yang mengutamakan agar daging aqiqah dimasak terlebih dahulu sebelum dibagikan. Menurut hadits Aisyah r.a juga menyebutkan bahwa daging aqiqah disunahkan untuk dikonsumsi sebagian. Sementara itu, sisanya dibagikan kepada saudara, tetangga dan fakir miskin.
6. Memberi nama dan mencukur rambut saat aqiqah
Sebaiknya anak diberikan nama yang memiliki arti baik untuk anak. Hal ini agar nama yang diberikan orang tua menjadi cerminan dan doa agar anak tumbuh dengan baik hingga dewasa.
7. Doa untuk bayi
Terakhir, kepada yang sedang diaqiqah, bacakan doa sebagai berikut :
U’iidzuka bi kalimaatillaahit tammaati min kulli syaithooni wa haammah. Wa min kulli ‘ainin laammah.”

Nah, itulah hukum dan tata cara yang perlu diperhatikan oleh orang tua sebelum melakukan aqiqah kepada anak. Perhatikan dan siapkan dengan baik agar proses aqiqah anak dapat berjalan dengan lancar dan berkah, ya!

Oleh : Dzuria Hilma Qurotu Ain

Lebih Utama Menunaikan Kurban atau Aqiqah Terlebih Dahulu?

Oleh : Delia Anjali

Aqiqah dengan kurban merupakan dua ibadah yang berbeda tetapi memiliki persamaan, yaitu sama-sama ibadah yang dilakukan dengan cara menyembelih hewan ternak dan dihukumi sunnah muakkad. Perbedaan signifikan diantara keduanya terletak pada jenis hewan ternak yang digunakan dan waktu pelaksanaannya, dimana aqiqah sendiri menggunakan jenis hewan berupa domba maupun kambing dan dilaksanakan pada hari ketujuh, hari keempat belas, dan hari kedua puluh satu sejak hari kelahiran anak. Waktu pelaksanaan aqiqah tersebut bersandar pada hadits yang dirawi oleh Baihaqi yang berbunyi:

“Aqiqah disembelih pada hari ketujuh, keempat belas, dan kedua puluh satu.” (HR. Baihaqi).

Sementara, lebih banyak jenis hewan ternak yang dapat digunakan pada kurban, diantaranya berupa sapi, kerbau, unta, kambing, maupun domba. Namun, pelaksanaannya hanya terbatas pada saat hari raya Idul Adha, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang bermakna:

“Barangsiapa menyembelih (hewan kurban) sebelum kita mengerjakan salat, maka hendaklah ia menyembelih sebagai gantinya. Dan barangsiapa belum menyembelih sehingga kita selesai salat, maka hendaklah dia menyembelihnya dengan nama Allah.”(Muttafaqun Alaih).

Dalam pelaksanaannya, kedua ibadah ini seringkali membuat beberapa orang bertanya-tanya. Untuk orangtua yang belum mengaqiqahkan anaknya tetapi hendak melaksanakan kurban, untuk anak yang belum diaqiqahi oleh orangtuanya. Lebih utama menunaikan kurban atau aqiqah terlebih dahulu? Berikut jawabannya.

Hukum berkurban atas nama anak yang baru saja lahir tetapi belum diaqiqah dijawab oleh H. Abdul Somad dalam bukunya yang berjudul Ustadz Abdul Somad Menjawab, bahwa lebih diutamakan aqiqah terlebih dahulu jika anak berusia di atas 7 hari. Namun, kurban dianjurkan apabila anak belum berusia 7 hari, dengan catatan setelah kurban, anak juga diaqiqahi.

Penyembelihan hewan kurban yang bertepatan dengan 7 hari usia sang anak menjadikan kurban tersebut otomatis sebagai aqiqah bagi sang anak.

Sedangkan bagi orang yang telah berusia dewasa tetapi belum pernah melaksanakan baik aqiqah maupun kurban, maka lebih diutamakan untuk melaksanakan kurban terlebih dahulu, sebab hukum berkurban ditanggung oleh pribadi, sementara hukum aqiqah ditanggung oleh orangtua.

Imam Ramli berpendapat bahwa boleh melakukan dua niat dalam menyembelih seekor hewan, yaitu niat kurban dan aqiqah sekaligus apabila menginginkan keduanya. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam kitab Tausyikh karya Syekh Nawawi al-Bantani, yang artinya:

“Ibnu Hajar berkata bahwa seandainya ada seseorang menginginkan dengan satu kambing untuk kurban dan aqiqah, maka hal ini tidak cukup. Berbeda dengan al-‘Allamah Ar-Ramli yang mengatakan bahwa apabila seseorang berniat dengan satu kambing yang disembelih untuk kurban dan aqiqah, maka kedua-duanya dapat terealisasi.”

Namun, pendapat Imam Ramli tersebut menjadi kontradiktif apabila menyangkut pembagian dagingnya, mengingat daging aqiqah lebih afdhal dibagikan dalam kondisi siap saji, dan daging kurban lebih afdhal dibagikan dalam kondisi mentah.

Lebih jauh, masalah tersebut tentunya tidak perlu dipermasalahkan lantaran cara pembagian daging tersebut tidak menyangkut hal yang substantif. Kedua cara pembagian daging tersebut semata-mata hanyalah cara demi meraih keutamaan, bukan menyangkut keabsahan ibadah.

Setelah mengetahui ibadah mana yang mesti didahulukan antara aqiqah dan kurban. Untuk para orangtua yang merasa kurang mampu dalam melaksanakan seluruh proses aqiqah yang sesuai syariat secara mandiri, Anda dapat menghubungi jasa Syamil Aqiqah, yang menawarkan jasa aqiqah all in one, dengan pilihan paket yang bisa Anda sesuaikan sesuai kebutuhan.

Silakan konsultasi dan order langsung dengan Costumer Service kami, KLIK LINK DI BAWAH.

Menggali Makna dan Manfaat Aqiqah, Agar Niat Aqiqah Semakin Mantap!

Oleh : Delia Anjali

Aqiqah merupakan manifestasi rasa syukur orang tua atas kehadiran buah hati. Aqiqah secara bahasa menurut para ulama adalah rambut kepala bayi yang tumbuh sejak hari kelahirannya. Sementara menurut istilah, aqiqah bermakna penyembelihan hewan ternak sesuai syariat sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. atas kelahiran buah hati ke dunia.

Aqiqah pertama kali dilaksanakan oleh dua cucu kembar Nabi, dari hasil perkawinan putrinya Fatimah Az-Zahra dengan Ali bin Abi Thalib, yaitu Hasan bin Ali dan Husein bin Ali, dengan dalil yang bersandar pada sabda Rasulullah Saw. Aqiqah bermakna, 

Artinya: “Dari Samurah Ra., sesungguhnya Rasulullah saw berkata “Anak yang baru lahir masih tergadai sampai disembelihkan baginya akikah pada hari yang ketujuh dari hari lahirnya, dan hari itu juga hendaklah dicukur rambutnya, dan diberi nama.” (HR. At-Tirmizi). 

Kata tergadai disini oleh sebagian ulama dimaknai dengan, jika anak tidak diaqiqahkan, maka orang tua akan terhalang dari mendapatkan syafa’at dari anak, dalam hal ini, doa dan amal shalih anak tidak akan sampai kepada orang tuanya. 

Aqiqah sendiri bertujuan untuk membebaskan anak yang baru lahir dari kondisi tergadaikan atau kondisi dimana terhalangnya orangtua mendapatkan syafa’at dari si anak. 

Kondisi tergadaikan dapat pula dimaknai sebagai “kekangan setan”, sehingga Allah jadikan aqiqah sebagai sarana untuk membebaskan anak dari kekangan setan yang akan selalu menggoda dalam usaha melakukan kebaikan.

Selain daripada untuk meraih manfaat personal yaitu membebaskan anak dari kondisi tergadai, aqiqah juga mengandung banyak hikmah terutama hikmah kepada sesama. Karena aqiqah:

  1. Merupakan sarana memperkuat persaudaraan di antara masyarakat.

Bersama kurban dan zakat, aqiqah juga merupakan salah satu ibadah untuk berbagi. Dalam proses aqiqah juga berlangsung interaksi antarmasyarakat yang pada akhirnya akan memperkuat tali persaudaraan antara satu sama lain. 

  1. Mewujudkan hubungan yang baik sesama tetangga maupun saudara dengan ikut merasakan kegembiraan atas kelahiran

Selaras dengan poin pertama, pelaksanaan aqiqah merupakan momen penuh haru dan sukacita karena semua orang bersyukur dan bergembira atas masing-masing rezeki yang Allah beri; bagi orangtua, rezekinya berupa anak; dan bagi tetangga maupun saudara, rezekinya berupa olahan masakan aqiqah. 

  1. Merupakan bentuk taqarrub dan syukur kepada Allah atas kelahiran anak

Setiap orang tua yang diberikan amanah berupa buah hati, dapat mengaqiqahi putra-putri mereka dan membagi-bagikan olahan masakannya kepada sesama sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Swt. 

  1. Perlindungan dari setan yang dapat mengganggu anak yang baru lahir

Selaras dengan makna membebaskan dari kondisi tergadai yang telah disebutkan sebelumnya. Anak yang baru lahir merupakan kondisi yang masih merada dalam “kekangan setan” yang akan selalu menggoda dan menjerumuskan. Oleh karena itu, dalam usaha untuk membebaskan “kekangan setan” tersebut, orang tua dapat melakukan ibadah aqiqah. 

  1. Aqiqah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan syafaat bagi kedua orang tuanya kelak pada hari perhitungan.

Dalam usaha membebaskan si anak dari kondisi tergadaikan dan dalam rangka membantu Ayah Bunda untuk merasakan manfaat aqiqah, Syamil Aqiqah hadir untuk #MembebaskanTanpaMemberatkan dengan berbagai pilihan paket aqiqah terjangkau yang dapat Ayah Bunda pertimbangkan.

Aqiqah: Merayakan Anugerah Kelahiran Bayi dengan Memberikan Keberkahan kepada Orang Lain

Aqiqah adalah praktik penting dalam agama Islam yang melibatkan penyembelihan hewan sebagai bentuk perayaan atas kelahiran seorang bayi. Namun, aqiqah bukan hanya sekadar perayaan semata, melainkan juga merupakan kesempatan untuk memberikan keberkahan kepada orang lain. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana aqiqah dapat menjadi sarana untuk merayakan anugerah kelahiran bayi sambil memberikan manfaat kepada masyarakat.

Menghargai Anugerah Kelahiran Bayi:

Aqiqah adalah bentuk rasa syukur dan penghormatan terhadap anugerah kelahiran bayi yang diberikan oleh Allah SWT. Melalui aqiqah, orang tua menyadari bahwa kelahiran seorang bayi adalah berkah yang membutuhkan apresiasi dan perhatian khusus.

Peran Berbagi dalam Aqiqah:

Aqiqah bukan hanya tentang memanjakan keluarga dan kerabat dekat, tetapi juga tentang memberikan manfaat kepada orang lain. Dalam praktik aqiqah, daging hewan yang disembelih dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan, termasuk fakir miskin, tetangga, dan teman-teman. Ini mencerminkan ajaran Islam tentang pentingnya berbagi rezeki dengan sesama.

Memberikan Keberkahan kepada Orang Lain:

Dalam Islam, memberikan keberkahan kepada orang lain merupakan tindakan yang sangat dianjurkan. Melalui aqiqah, orang tua dapat membagikan rejeki yang mereka terima dari Allah kepada orang lain, sehingga dapat menghadirkan kebahagiaan dan manfaat bagi mereka yang menerimanya. Hal ini juga dapat menciptakan ikatan sosial yang kuat dalam komunitas Muslim.

Memperkuat Persaudaraan dan Solidaritas:

Praktik aqiqah tidak hanya menciptakan ikatan keluarga yang erat, tetapi juga memperkuat persaudaraan dan solidaritas di antara anggota masyarakat Muslim. Dengan berbagi daging aqiqah kepada orang lain, terjalinlah hubungan saling mendukung dan saling peduli antara sesama muslim.

Mendorong Kepedulian Sosial:

Aqiqah mengajarkan nilai-nilai sosial yang kuat, seperti kepedulian terhadap orang lain dan pemahaman akan kewajiban kita untuk membantu sesama. Melalui aqiqah, orang tua juga dapat mengajarkan anak-anak mereka tentang pentingnya berbagi, kepedulian sosial, dan tanggung jawab kita sebagai umat Muslim terhadap masyarakat sekitar.

Aqiqah tidak hanya merupakan perayaan atas kelahiran bayi, tetapi juga merupakan kesempatan untuk memberikan keberkahan kepada orang lain. Dalam aqiqah, keluarga Muslim dapat merayakan anugerah kelahiran bayi mereka dengan memberikan manfaat kepada masyarakat, memperkuat ikatan sosial, dan mendorong kepedulian.

 

Penulis : Selviana