Hukum Membatalkan Sholat Ketika Bayi Menangis

Bayi Menangis

Sering kali kita menjumpai situasi di mana saat orang tua sedang menjalankan shalat, bayi mereka yang masih kecil tiba-tiba menangis. Keadaan semacam ini dapat mengganggu konsentrasi ibadah shalat orang tua. Namun, apakah dalam keadaan seperti ini diperbolehkan bagi orang tua untuk membatalkan shalatnya?

Dalam Al-Qur’an dijelaskan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ 

 

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kalian membatalkan amal-amal kalian.” (QS. Muhammad, Ayat 33)

Berdasarkan ayat ini, membatalkan sebuah ibadah adalah tindakan yang dilarang oleh agama. Membatalkan shalat fardhu (wajib) tidak diperbolehkan dalam agama kecuali dalam situasi-situasi darurat yang ditentukan oleh syariah, seperti menyelamatkan nyawa seseorang atau mengatasi ancaman serius seperti hadirnya ular berbisa.

Membatalkan shalat hanya karena tangisan bayi, bukan merupakan bagian dari hal yang dianjurkan oleh syara’ sehingga tidak diperbolehkan bagi orang tua untuk meninggalkan shalat yang tengah ia lakukan kecuali tangisan bayi mengindikasikan keadaan yang dikhawatirkan akan keselamatan nyawanya, dan hal ini jarang sekali terjadi.

Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mempercepat pelaksanaan shalat, terutama jika hanya rukun-rukun utama shalat yang dilakukan tanpa melibatkan sunnah-sunnah tambahan. Hal ini sejalan dengan contoh yang diberikan oleh Rasulullah ﷺ dalam kasus serupa. Seperti yang tercatat dalam hadits:

إِنِّي لاَقُومُ فِي الصَّلاَةِ أُرِيدُ أَنْ أُطَوِّلَ فِيهَا فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ فَأَتَجَوَّزُ فِي صَلاَتِي كَرَاهِيَةَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمِّهِ 

“Saat Aku sedang shalat, aku ingin memperlama shalatku, lalu aku mendengar tangisan bayi, aku pun mempercepat shalatku khawatir akan memberatkan (perasaan) ibunya” (HR. Bukhari Muslim)

 

سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ مَا صَلَّيْتُ وَرَاءَ إِمَامٍ قَطُّ أَخَفَّ صَلاَةً وَلاَ أَتَمَّ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِنْ كَانَ لَيَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ فيخفف مخافة أن تفتن أمه

“Aku mendengar Sahabat Anas bin Malik berkata “Aku tidak pernah shalat di belakang imam yang lebih cepat dan lebih sempurna shalatnya dari Nabi Muhammad ﷺ. Saat Nabi Muhammad mendengar tangisan bayi, ia mempercepat (shalatnya) khawatir ibunya merasa tertekan” (HR. Bukhari)

Dalam konteks yang berbeda, saat orang tua sedang menjalankan shalat sunnah, seperti shalat qabliyyah, ba’diyyah, dhuha, atau jenis shalat sunnah lainnya, ada kemungkinan untuk membatalkan shalat tersebut dalam situasi semacam ini.

Kesimpulannya, secara umum, orang tua tidak diperbolehkan membatalkan shalat yang tengah dilakukan hanya karena tangisan bayi, kecuali situasinya mengancam nyawa. Dalam hal shalat sunnah, ada lebih banyak fleksibilitas.

 

Oleh : Dzuria Hilma Qurotu Ain

Kepada Siapa Daging Aqiqah Dibagikan?

Menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Fiqih Bayi bahwa dalam Jami-Nya, Imam Khallal berkata, Abdullah bin Ahmad telah mengatakan kepada kami bahwa ayahnya berkata, “aqiqah itu boleh dimakan dan sebagian lainnya dihadiahkan.”
Daging Aqiqah
Dalam konteks ini, siapa yang berhak menerima daging aqiqah? Sama seperti dalam kurban, fokus utamanya adalah memberikan kepada fakir miskin dan mustahiq. Anak-anak yatim dan kelompok dhuafa juga memiliki hak untuk menerima bagian dari daging aqiqah. Oleh karena itu, tak heran banyak keluarga yang merayakan aqiqah di panti asuhan atau panti jompo, karena pembagian daging aqiqah dapat mencapai sasaran yang tepat.

Selain mereka yang kurang mampu, tetangga dari keluarga yang mengadakan aqiqah juga berhak menerima bagian dari daging tersebut. Oleh karenanya, banyak yang mengadakan kegiatan seperti pengajian atau membagikan hidangan daging aqiqah kepada tetangga di sekitar rumah. Hadiah kepada tetangga dianggap sebagai cara untuk berbagi kebahagiaan dengan mereka.

Sebuah hadis menjelaskan bahwa memberikan daging aqiqah kepada fakir miskin dianggap sebagai sedekah. Sementara memberikan kepada tetangga dianggap sebagai suatu hadiah yang membangkitkan kegembiraan. Ini terkait dengan sukacita keluarga atas kelahiran anak yang suci. Kegembiraan ini semakin bertambah saat tetangga juga ikut merasakannya.

Selain fakir miskin dan tetangga, siapa lagi yang berhak menerima daging aqiqah? Karena biasanya daging aqiqah melimpah, terutama jika anak yang diaqiqahi adalah seorang laki-laki, saudara-saudara yang jaraknya jauh namun masih memiliki hubungan darah dapat diundang atau diberikan bagian. Ini bisa menjadi hadiah yang menyenangkan bagi mereka.

Selain aspek pemberian hadiah, aqiqah dan pembagiannya juga memiliki nilai-nilai kebijaksanaan lainnya. Ini termasuk mempererat silaturahmi di antara saudara dan tetangga, serta memberikan kesempatan untuk bersyukur dan merenung setelah berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Semua ini juga berkontribusi pada doa-doa baik untuk si anak yang diaqiqahi.

Jika Anda ingin memudahkan proses pembagian, ada opsi untuk memilih paket aqiqah pada penyedia jasa aqiqah. Biasanya, jasa aqiqah tersebut menawarkan layanan untuk membagikan daging aqiqah dengan cara yang tepat dan terukur contohnya adalah penyedia jasa layanan Syamil Aqiqah

Oleh : Dzuria Hilma Qurotu Ain


Message Me On Whatsapp

Ternyata Begini Sejarah Panjang Aqiqah untuk Si Kecil!

Oleh : Delia Anjali

Kendati tak banyak literatur yang membahas tradisi aqiqah sebelum masuknya Islam, syariat beraqiqah sendiri sudah dikenal dan biasa dilakukan oleh orang-orang pada masa jahiliyah. Pada masa itu, orang-orang jahiliyah menyembelih domba atau kambing untuk merayakan kelahiran anak laki-laki mereka.

Beberapa riwayat menyebutkan bahwa tradisi aqiqah sebetulnya sudah biasa dilakukan pada masa jahiliyah. Pada masa sebelum masuknya Islam itu, aqiqah dilakukan dengan cara menyembelih domba atau kambing, kemudian mencukur rambut bayi. Setelah dicukur, kepala bayi kemudian dilumuri oleh darah hasil pemotongan domba atau kambing tadi.

Segera setelah Islam datang dan memasuki setiap lapisan masyarakat Arab, tradisi dan syariat aqiqah yang sebelumnya telah mengakar pada masa jahiliyah kemudian diteruskan dan disempurnakan. Secara teknis, pelaksanaan aqiqah pun menjadi sama sekali berbeda dengan pelaksanaan aqiqah pada masa jahiliyah. Pada masa sebelum masuknya Islam itu, aqiqah dilakukan dengan cara menyembelih domba atau kambing, kemudian mencukur rambut bayi. Setelah dicukur, kepala bayi kemudian dilumuri oleh darah hasil pemotongan domba atau kambing tadi. Namun, segera setelah Islam masuk, tradisi melumuri kepala bayi dengan darah hasil pemotongan hewan aqiqah tersebut diganti menjadi melumuri kepala bayi menggunakan air dari bebungaan dan/atau minyak wangi, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits:

“Dahulu (adat) kami pada masa jahiliyah, jika salah seorang di antara kami melahirkan anak, maka ia menyembelih kambing kemudian melumuri kepala si bayi dengan darah kambing itu. Setelah Allah menghadirkan Islam, kami menyembelih kambing, mencukur (menggundul) kepala si bayi, dan melumurinya menggunakan minyak bayi.” (HR Abu Dawud dari Buraidah).

Penggantian dan penyempurnaan tradisi melumuri kepala bayi yang tadinya menggunakan darah hewan aqiqah menjadi wewangian dijelaskan pula dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, yaitu:

“Aisyah Ra. mengatakan bahwa, ‘Dahulu orang-orang pada masa jahiliyah apabila mereka beraqiqah untuk seorang bayi, mereka melumuri kapas dengan darah aqiqah, lalu ketika mencukur rambut si bayi mereka melumuri kapas dengan darah aqiqah, lalu ketika mencukur rambut si bayi mereka melumurkan kapas dengan darah aqiqah tadi pada kepalanya’. Maka, Nabi Saw bersabda, ‘Gantilah darah itu dengan minyak wangi’.”

Selain itu, pelaksanaan aqiqah yang tadinya dilakukan hanya untuk anak laki-laki, kini boleh juga dilakukan untuk anak perempuan yang baru lahir. Jika mampu, untuk anak laki-laki, aqiqah dapat dilaksanakan dengan penyembelihan dua ekor kambing atau domba. Jika tidak mampu, maka aqiqah dapat dilakukan dengan hanya menyembelih seekor kambing atau domba untuk anak laki-laki. Penyembelihan seekor kambing tersebut tetap dihukumi sah, sebab, Nabi Muhammad SAW. pun mengaqiqahi cucu-cucunya, yaitu Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib dengan masing-masing satu ekor kambing.

Sementara, menyembelih seekor kambing saja sudah cukup untuk anak perempuan, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Imam Ahmad dan Tirmidzi dari Ummu Karaz al Ka’biyah, “Bagi anak laki-laki disembelihkan dua ekor kambing dan bagi anak perempuan disembelihkan satu ekor, dan tidak akan membahayakan kamu sekalian, apakah (sembelih itu) jantan atau betina.”

Proses aqiqah biasanya dilakukan ketika usia bayi memasuki hari ketujuh, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “Seorang anak tertahan hingga ia diaqiqahi, (yaitu) yang disembelih pada hari ketujuh dari kelahirannya dan diberi nama pada waktu itu.”

Namun, terdapat pendapat lain dari Sayyidah Aisyah dan Imam Ahmad yang menyebutkan bahwa aqiqah dapat dilakukan pada hari ke-7, ke-14, dan ke-20. Sementara, pendapat lain dari Imam Malik mengatakan bahwa jika aqiqah dilakukan saat hari ke-7 termasuk ke dalam sunnah, aqiqah disembelih pada hari ke-4, ke-8, ke-10, atau telah lewat dari hari-hari tersebut, dan/atau mungkin ketika keluarga sudah siap untuk melakukan aqiqah; waktu-waktu tersebut masih diperbolehkan. Daging-daging domba atau kambing yang telah disembelih tersebut kemudian dibagikan sebagaimana daging kurban. Yang membedakan diantara keduanya hanya, daging kurban utamanya dibagikan saat masih mentah, sementara daging aqiqah mesti dibagikan ketika sudah matang.

Ayah Bunda dapat langsung membagikan daging aqiqah yang sudah siap santap tersebut kepada sanak keluarga, kerabat, dan tetangga, apabila memercayakan aqiqah si kecil, buah hati tercinta, pada Syamil Aqiqah yang pastinya siap membuat hari spesial Ayah Bunda dan si kecil jadi #AntiRepotAntiRibet. Syamil Aqiqah menyediakan berbagai pilihan paket aqiqah yang bisa dapat Ayah Bunda pilih dan pertimbangkan di hari spesial si kecil.

Silakan konsultasi dan order langsung dengan Costumer Service kami, KLIK LINK DI BAWAH.

Bolehkah Orang Tua Memakan Daging Aqiqah Anaknya?

Oleh : Delia Anjali

Tradisi kaum muslim dalam menyambut kelahiran bayi yang terakhir adalah aqiqah, sebab Aqiqah merupakan manifestasi rasa syukur orang tua atas kehadiran buah hati. Aqiqah sendiri dilakukan dengan penyembelihan satu atau dua ekor kambing. Setelah dilakukan penyembelihan, daging aqiqah dimasak dan dianjurkan untuk dibagikan. Terkait hal tersebut, maka timbul pertanyaan, apakah boleh orang tua memakan daging aqiqah anaknya?

Jawabannya adalah boleh! Ayah Bunda dan keluarga dari si anak diperbolehkan untuk mengonsumsi daging aqiqah. Tidak ada larangan bagi anggota keluarga untuk mengonsumsi daging aqiqah yang telah dimasak.

Meskipun dianjurkan untuk dibagikan, daging aqiqah yang telah dimasak, dibolehkan untuk dikonsumsi sendiri. Dianjurkan untuk memberikan daging aqiqah yang telah dimasak kepada sanak keluarga, kerabat, tetangga, dan golongan fakir miskin. Hal tersebut juga dijelaskan dalam hadits:

“Sunnahnya dua ekor kambing untuk anak lelaki dan seekor kambing untuk anak perempuan. Kemudian dimasak tanpa mematahkan tulangnya, dan dimakan oleh keluarganya, lalu disedekahkan pada hari ketujuh,” (H.R. Al – Baihaqi)

Dengan menyedekahkan daging aqiqah yang telah dimasak tersebut, orang tua juga bisa memeroleh berkah dan pahala dari Allah. Kemudian, daging aqiqah yang telah dipotong juga tidak diperuntukkan untuk diperjualbelikan.

Selain itu, penyembelihan kambing aqiqah juga dapat dilakukan secara simbolis saja. Apabila keluarga tidak melaksanakan penyembelihan kambing aqiqah secara tidak langsung pun sebetulnya tidak mengapa dan tidak menjadi masalah. Ditambah, saat ini, sudah banyak penyedia jasa aqiqah yang menyediakan masakan kambing aqiqah siap santap dan bisa langsung dibagikan. Salah satunya Syamil Aqiqah yang menyediakan berbagai pilihan paket aqiqah yang bisa dapat Ayah Bunda pilih dan pertimbangkan sebagai jasa aqiqah untuk si kecil.

Silakan konsultasi dan order langsung dengan Costumer Service kami, KLIK LINK DI BAWAH.

Janin yang Gugur Apakah Harus Diaqiqahkan?

Oleh : Delia Anjali

Allah SWT. memberikan anugerah berupa kehamilan yang patut disyukuri bagi setiap perempuan yang diberikan kesempatan untuk mengandung. Namun, tak jarang, kehamilan yang merupakan anugerah tersebut tidak berjalan lancar karena satu dan lain hal, diantaranya Ibu mengalami keguguran yang mengakibatkan gugurnya janin dalam kandungan.

Banyak orang tua yang bertanya-tanya apakah janin yang gugur di dalam kandungan tersebut perlu diaqiqahkan? Disadur dari konsultasisyariah.com, yang disandarkan pada fatwa Lajnah Daimah terkait hukum yang berlaku untuk janin yang gugur di dalam kandungan :

“Apabila janin keguguran sebelum usia 4 bulan, maka janin yang gugur tersebut tidak perlu diberi nama, tidak perlu diberi aqiqah. Karena aqiqah dan pemberian nama hanya bagi keguguran di usia masuk 5 bulan atau setelah ruh sudah ditiupkan ke janin. Sebab, janin tersebut sudah dihukumi sebagai manusia, menjadi al-Afrath (anak yang akan menolong orang tuanya), sehingga, perlu diberi aqiqah, diberi nama, dimandikan, dan dishalati. Ini jika keguguran di bulan kelima atau setelahnya, setelah ditiupkan ruh.”

“Sementara apabila keguguran di usia kehamilan yang belum genap 4 bulan atau baru masuk 3 bulan, tidak dihukumi al-Afrath (anak yang akan menolong orang tuanya).  Akan tetapi, jika wujud janin sudah seperti manusia yang memiliki kepala, tangan, kaki, beserta organ lainnya, maka berlaku hukum nifas bagi sang ibu. Ibu tidak boleh shalat, maupun puasa. Sementara janinnya, tidak dianggap sebagai anak kecil, bisa dikuburkan dimana pun, tidak perlu dimandikan, atau dishalatkan, karena tidak dihukumi sebagai manusia.” (Fatwa Lajnah Daimah, 18/249)

Berdasarkan fatwa di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, apabila janin gugur sebelum masuk usia 4 bulan atau sebelum ruh ditiupkan ke janin, orang tua tidak perlu mengaqiqahkan janin yang gugur tersebut. Sebaliknya, apabila janin yang gugur telah menginjak usia masuk 5 bulan atau setelah ditiupkan ruh, maka janin yang gugur tersebut perlu diberi aqiqah, diberi nama, dimandikan, dan dishalatkan.

Intip Hal-hal Apa Saja yang Mesti Bunda Siapkan saat Hamil, Yuk!

Oleh : Delia Anjali

Hamil anak pertama pasti menimbulkan beragam reaksi, ya, Bun! Senang, terharu, deg-degan, dan bingung rasanya campur aduk. Informasi yang Bunda dapatkan dari keluarga, kerabat, dan sahabat pasti rasanya kurang untuk memenuhi rasa penasaran Bunda yang kebingungan untuk mempersiapkan kehamilan, apalagi anak pertama. Bertanya melalui internet, pun, malah semakin membuat bingung saking banyaknya informasi yang muncul dari internet.

Untuk meminimalkan rasa bingung Bunda, sekaligus untuk membuat kehamilan berjalan lancar, berikut kami rangkum hal-hal apa saja yang mesti Bunda siapkan saat hamil.

#1 Trimester Pertama (Usia Kehamilan 1 – 12 Minggu)

  1. Memilih Dokter Kandungan atau Bidan yang Tepat

Pastikan Bunda memilih dokter kandungan atau bidan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sekaligus budget. Pastikan Bunda sudah berdiskusi dengan suami dalam memilih dokter kandungan atau bidan untuk menjadi mitra konsultasi selama kehamilan.

  1. Mengonsumsi Makanan Bergizi

Pastikan Bunda rutin mengonsumsi makanan bergizi. Selama kehamilan, Bunda harus banyak mengonsumsi makanan bergizi dengan porsi seimbang diiringi cukup minum air putih, dan meminum susu hamil sesuai usia kandungan. Penting juga agar Bunda menghindari mengonsumsi makanan pedas dan berlemak, minuman beralkohol, minuman bersoda, kafein, dan makanan minuman lain yang tidak sehat. Pastikan juga Bunda menjauhi rokok dan tidak sembarangan mengonsumsi obat-obatan tanpa resep dokter,

  1. Rutin Mengonsumsi Vitamin

Saat Bunda sudah menemukan mitra konsultasi kehamilan yang tepat, baik itu dokter kandungan maupun bidan, biasanya Bunda akan diberikan vitamin yang mengandung asam folat untuk memproduksi sel darah merah, hingga mengurangi risiko lahir premature. Selain itu, apabila Bunda mengalami mual muntah di trimester awal, Bunda akan diberikan obat pereda.

  1. Hindari Stres

Pastikan pula Bunda mengurangi bahkan menghindari risiko stress yang memiliki efek berbahaya bagi janin. Usahakan untuk selalu meminta dukungan kepada suami, keluarga, kerabat, dan sahabat untuk menghindari risiko stress dan menjaga Bunda tetap Bahagia.

  1. Menabung untuk Persiapan Lahiran

Pastikan Ayah Bunda memiliki tabungan untuk persiapan lahiran. Jangan terlalu bergantung pada BPJS Kesehatan maupun asuransi-asuransi kesehatan lainnya, persiapan kalau-kalau asuransi-asuransi tersebut tidak menanggung semua biaya persalinan. Selain itu, uang tabungan tadi juga bisa dipersiapkan untuk keperluan pascalahiran, seperti aqiqah.

#2 Trimester Kedua (Usia Kehamilan 13 – 28 Minggu)

  1. Berolahraga

Pastikan Bunda meluangkan waktu untuk berolahraga, karena berolahraga memiliki efek yang sangat baik untuk Bunda dan janin, seperti mengurangi risiko sakit pinggang, mengencangkan otot panggul, dan melatih Teknik pernapasan. Pilih olahraga ringan seperti senam hamil, senam kegel, maupun yoga dengan durasi 10 menit setiap harinya.

  1. Belanja Pakaian Ibu Hamil

Menginjak trimester kedua, biasanya perut Bunda sudah mulai membesar seiring perkembangan janin. Apabila pakaian Bunda sudah sempit dan membatasi gerak Bunda, pastikan Bunda mulai berbelanja pakaian khusus Bumil yang nyaman.

  1. Mempersiapkan Nama Anak

Mempersiapkan nama anak merupakan kegiatan seru bagi Ayah Bunda yang akan segera menimang buah hati. Karena nama adalah doa dari orang tua, pastikan Ayah Bunda mendiskusikan nama-nama yang baik lagi indah untuk calon buah hati.

  1. Melakukan USG

Untuk meminimalkan rasa penasaran Ayah Bunda akan jenis kelamin calon buah hati, Ayah Bunda bisa melakukan USG.

#3 Trimester Ketiga (Usia Kehamilan 29 – 40 Minggu)

  1. Tetap Memantau Perkembangan Janin dan Belajar Mengenali Kontraksi

Pastikan Bunda tetap memantau perkembangan janin. Pastikan juga Bunda belajar mengenali kontraksi, untuk memastikan apakah kontraksi yang Bunda alami merupakan tanda-tanda akan melahirkan atau bukan.

  1. Merawat Payudara untuk Persiapan Menyusui

Pastikan Bunda merawat payudara untuk persiapan menyusui dengan cara memijat payudara atau senam payudara untuk meningkatkan dan memperlancar produksi ASI.

  1. Belanja Kebutuhan dan Perlengkapan Bayi

Apabila Bunda sudah tahu perkiraan jenis kelamin calon buah hati, pastikan Ayah Bunda sudah mempersiapkan kebutuhan bayi, seperti celana, popok kain, baju lengan pendek maupun panjang, bedong, selimut, kaus kaki, sarung tangan, bantal guling, topi bayi, handuk bayi, bak mandi, alat pompa asi, bedak, minyak telon, alat pencuci botol, dan perlengkapan lainnya.

#4 Jangan Lupa untuk Mencari Jasa Aqiqah

Pastikan Ayah Bunda memilih jasa aqiqah yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sekaligus budget. Untuk membantu Ayah Bunda dalam persiapan aqiqah si kecil pascalahiran, Syamil Aqiqah hadir dengan berbagai pilihan paket aqiqah terjangkau yang dapat Ayah Bunda pertimbangkan. 

Silakan konsultasi dan order langsung dengan Costumer Service kami, KLIK LINK DI BAWAH.

Tradisi untuk Bayi Baru Lahir Sesuai Sunnah Rasulullah SAW

Oleh : Delia Anjali

Kelahiran seorang bayi merupakan anugerah untuk setiap orang tua, karena untuk mencapai proses kelahiran, orang tua terutama Bunda harus melewati proses mengandung yang mungkin bagi sebagian Bunda merupakan proses yang tidak mudah. Selain itu, mengandung sekaligus merupakan pengalaman terbaik yang pernah dialami oleh Bunda. Oleh karena itu, biasanya kelahiran seorang bayi disambut dengan berbagai macam perayaan sebagai bentuk rasa syukur dan suka cita orang tua atas kelahiran buah hati mereka.

Di Indonesia sendiri, ada berbagai macam bentuk perayaan kelahiran buah hati yang biasa dilakukan, karena Indonesia adalah negara yang multikultural kaya akan adat, budaya, dan tradisi, setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing. Namun, terdapat kesamaan tradisi bagi kaum muslim untuk merayakan kelahiran seorang bayi, yaitu azan dan iqamah untuk bayi yang baru lahir, menamai bayi yang baru lahir dengan nama-nama terbaik, serta aqiqah.

Azan dan Iqamah untuk Bayi yang Baru Lahir

Tiap anak adalah anugerah dari Allah SWT. Kehadirannya hendaklah disambut dengan penuh syukur dan suka cita. Mengazani sekaligus mengiqamahkannya merupakan salah satu bentuk sambutan dengan penuh syukur dan suka cita. Sebab, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Setiap anak yang dilahirkan telah membawa fitrah beragama (perasaan percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanya lah yang menjadikan anak tersebut Nasrani, Yahudi, Majusi, atau Ia masuk ke dalam Islam.” (H.R. Bukhari).

Sebagai orang tua muslim yang taat dan beriman, hendaknya memberikan pendidikan tauhid sejak dini kepada anak. Karena Rasulullah SAW menganjurkan untuk membacakan kalimat ‘La laaha illallah’ yang artinya tiada Tuhan selain Allah.

Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW: “Bacakanlah kepada anak-anakmu kalimat pertama dengan ‘Laa ilaaha illallah‘ yang artinya tiada Tuhan selain Allah.(H.R. Hakim).

Dikutip dari detikhikmah yang menyadur buku Fiqih Islam wa Adilatuhu Jilid 4 oleh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dijelaskan bahwa hendaknya seorang anak yang baru lahir diperdengarkan azan di telinga kanannya dan iqamah di telinga kirinya sesuai syariat Islam. Hal ini dilakukan Rasulullah SAW pada cucunya Hasan ketika baru dilahirkan Fatimah.

Diriwayatkan dari Ibnu Sunni dari Hassan bin Ali bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang dikaruniai anak, lantas mengumandangkan azan di telinga kanan dan iqamah di telinga kirinya, maka anak itu tidak akan diganggu Ummush-shibyan.”

Ummush-shibyan sendiri ialah sebutan untuk jin yang mengiringi setiap manusia.

Kumandang azan pada telinga bayi yang baru lahir juga bertujuan agar suara pertama yang didengar bayi ketika tiba di dunia adalah kalimat tauhid. Selain itu, kalimat azan juga akan membuat bayi terlindungi dari setan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa setan lari terbirit-birit saat mendengar azan.

Selain azan dan iqamah, Ayah Bunda juga bisa membacakan doa keselamatan untuk bayi yang baru lahir.

Menamai Bayi yang Baru Lahir dengan Nama-nama Terbaik

Setiap orang tua tentu ingin anaknya memiliki kehidupan yang baik dan bahagia. Nama adalah doa. Jadi, orang tua hendaklah memberikan nama pada bayi dengan arti yang baik.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya kalian di hari Kiamat nanti akan dipanggil dengan nama kalian dan nama bapak kalian. Oleh karena itu, baguskanlah nama-nama kalian” (HR. Dawud).

Adapun nama yang paling utama adalah Abdullah dan Abdurrahman, karena dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim disebutkan bahwa, “Nama yang paling disukai di sisi Allah SWT adalah Abdullah dan Abdurrahman”.

Dalam riwayat lain dari Abu Dawud, terdapat tambahan berikut, “…dan nama yang paling bagus adalah Haris dan Hamam, sementara nama yang paling buruk adalah Harb dan Murrah”.

Ada beberapa kategori nama yang baik, yakni nama yang berunsur Asmaul Husna, nama para nabi dan juga nama malaikat. Rasulullah SAW dalam sebuah hadits mengizinkan untuk menggunakan namanya pada bayi yang baru lahir tetapi melarang untuk menggunakan gelarnya.

Sebagai bagian dari doa kepada anak, sebaiknya hindari memberikan nama dengan arti yang buruk karena termasuk makruh. Misalnya memberikan nama anak dengan nama-nama seperti Setan, Zalim, Syihab (panah api), Jimat (keledai), Kulaib (anjing kecil), dan nama-nama lain yang berlebihan dan memiliki arti yang buruk.

Bagi anak-anak yang diberikan nama dengan arti kurang baik karena orang tuanya tidak mengerti dan mengetahui, maka disunnahkan untuk mengganti nama tersebut. Hal tersebut didasarkan kepada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “Sesungguhnya Rasulullah SAW telah menukar nama seseorang yang bernama ‘Ashiyah (perempuan yang suka bermaksiat) dengan Jamilah (perempuan yang cantik)”.

Aqiqah

Tradisi kaum muslim dalam menyambut kelahiran bayi yang terakhir adalah aqiqah. Karena Aqiqah merupakan manifestasi rasa syukur orang tua atas kehadiran buah hati. Aqiqah sendiri bertujuan untuk membebaskan anak yang baru lahir dari kondisi tergadaikan atau kondisi dimana terhalangnya orangtua mendapatkan syafa’at dari si anak, yang bersandar pada hadits:

“Dari Samurah Ra., sesungguhnya Rasulullah saw berkata “Anak yang baru lahir masih tergadai sampai disembelihkan baginya akikah pada hari yang ketujuh dari hari lahirnya, dan hari itu juga hendaklah dicukur rambutnya, dan diberi nama.” (HR. At-Tirmizi).

Dalam usaha membebaskan si anak dari kondisi tergadaikan, Syamil Aqiqah hadir untuk #MembebaskanTanpaMemberatkan dengan berbagai pilihan paket aqiqah terjangkau yang dapat Ayah Bunda pertimbangkan. 

Silakan konsultasi dan order langsung dengan Costumer Service kami, KLIK LINK DI BAWAH.

Panduan Beraqiqah yang Ayah Bunda Harus Tahu!

Oleh : Delia Anjali

Sekarang ini, banyak sekali jasa aqiqah bonafide dengan harga bersaing dan pilihan produk menarik yang bervariasi dengan bermacam bonus, yang tentunya membuat Ayah Bunda bingung untuk menjatuhkan pilihan jasa aqiqah mana yang akan dipakai.

Ayah Bunda sebaiknya tidak usah bingung, karena artikel ini akan menjelaskan panduan Ayah Bunda agar tidak salah memilih dan memakai jasa aqiqah yang sesuai dengan budget dan kebutuhan.

Tahap #1 Pilihlah Jasa Aqiqah yang Tergabung ASPAQIN

ASPAQIN (Asosiasi Pengusaha Aqiqah Indonesia) merupakan suatu organisasi pembina sekaligus pengawas dari para penyaji aqiqah, supaya para penyaji aqiqah ini dapat menjalankan fungsinya dengan baik, benar, amanah, dan professional. InsyaAllah Ayah Bunda akan sangat terbantu jika memercayakan aqiqah si kecil kepada jasa aqiqah yang sudah tergabung ASPAQIN.

Tahap #2 Pilihlah Jasa Aqiqah yang Sudah Berpengalaman

Untuk panduan yang ini, Ayah Bunda bisa mencari lewat mesin pencari Google, maupun bisa lewat rekomendasi dari sanak saudara atau kerabat yang sudah mengaqiqahi putra/i mereka untuk selanjutnya dapat diseleksi jasa aqiqah mana yang paling cocok dengan kebutuhan Ayah Bunda.

Tahap #3 Lihat Testimoni dari Media Sosial Jasa Aqiqah

Testimoni dari konsumen jasa aqiqah yang akan Ayah Bunda pakai tentu sangat berperan penting sebagai referensi. Ayah Bunda bisa menilai sendiri bagaimana kualitas pelayanan dari jasa aqiqah terkait berdasarkan ulasan dari konsumen lewat media sosial.

Tahap #4 Pilihlah Paket Aqiqah Sesuai Kemampuan dan Kebutuhan

Setelah memilih beberapa pelaku jasa aqiqah yang paling cocok dengan kebutuhan dan kemampuan Ayah Bunda, sekarang waktunya untuk menyesuaikan pilihan paket produk aqiqah yang mereka tawarkan sesuai dengan kebutuhan Ayah Bunda.

Tahap #5 Lihatlah Nilai Tambah yang Ditawarkan Paket Aqiqah

Sering sekali terjadi, Bunda belum melihat ternak yang akan dipotong tapi yang ditanyakan malah bonus-bonus yang akan didapatkan dari paket aqiqah yang dipesan. Sebetulnya tidak masalah, karena bonus-bonus tadi merupakan nilai tambah mengapa Bunda mempertimbangkan untuk memilih paket tersebut. Tapi, harus Bunda ingat kalau bonus-bonus tadi hanyalah pelengkap dari layanan yang diberikan jasa aqiqah yang Bunda pilih, ya.

Tahap #6 Lakukan Test Food

Setelah melewati semua urutan di atas, tahap selanjutnya yang Ayah Bunda harus lakukan adalah mencicipi makanannya. Test food ini berfungsi supaya Ayah Bunda mengetahui rasa dan kualitas dari sajian paket aqiqah.

Apabila Ayah Bunda memercayakan aqiqah si kecil kepada kami, Syamil Aqiqah, sudah pasti tahap-tahap di atas terpenuhi karena di Syamil Aqiqah :

  1. Tergabung ASPAQIN (Asosiasi Pengusaha Aqiqah Indonesia)
  2. Gratis Test Food dengan Banyak Pilihan Menu
  3. Gratis Banyak Bonus Souvenir, Exclusive Dapat Parcel 300K
  4. Gratis Ongkir Seluruh JABODETABEK
  5. Garansi Hewan Sehat, Bisa Pilih dan Datang Langsung
  6. Garansi Pemotongan Syar’i
  7. Garansi Makanan Enak dan Lezat karena Diolah Langsung Oleh Chef dengan Pengalaman +20 Tahun

Berikut Rekomendasi Pilihan Paket untuk Ayah Bunda

Silakan konsultasi dan order langsung dengan Costumer Service kami, KLIK LINK DI BAWAH.

4 Jenis Hewan Kurban untuk Aqiqah dalam Agama Islam: Mengenal Keistimewaannya

Dalam agama Islam, aqiqah merupakan salah satu ibadah yang dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahiran seorang bayi. Aqiqah melibatkan peyembelihan hewan sebagai tanda pengorbanan dan membagi daging-daging kepada orang-orang yang membutuhkan.

Berikut adalah empat jenis hewan kurban yang umum digunakan dalam aqiqah, beserta keistimewaannya menurut ajaran agama islam:

Kambing: Kambing merupakan jenis hewan yang paling umum digunakan dalam aqiqah. Keistimewaan kambing terletak pada kesederhanaannya dan ketersediaannya. Sunnah Rasulullah Muhammad SAW juga menyarankan untuk menggunakan kambing dalam aqiqah. Selain itu, daging kambing memilik keberkahan, artinya banyak kebaikan pada daging kambing ini. Terdapat perintah agar kita memelihara dan memanfaatkan kambing karena padanya ada keberkahan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
” Peliharalah (manfaatkan) oleh kalian kambing kerana di dalamnya terdapat barakah”[1. HR. Ahmad, dishahihkan oleh syaikh Al-Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah 2/417].

Domba: Domba juga merupakan pilihan yang umum dalam aqiqah. Keistimewaan domba terletak pada kemudahan perawatannya dan ukurannya yang lebih besar dibandingkan kambing. Rasulullah juga dianjurkan menggunakan domba dalam beberapa keadaan. Keberadaan hewan domba beserta manfaatnya ternyata sudah lama dijelaskan dalam kitab suci Alquran dan sains. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam kitab suci Alquran Surah An-Nahl Ayat 80: “Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)-nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).

Sapi/Jantan Lembu: Sapi atau jantan lembu adalah pilihan yang lebih besar dan lebih berat daripada kambing atau domba. Keistimewaan sapi terletak pada bobot dagingnya yang lebih banyak sehingga dapat memenuhi kebutuhan lebih banyak orang. Namun, karena ukurannya yang besar, sapi mungkin tidak selalu praktis dalam setiap aqiqah.

Unta: Meskipun kurang umum digunakan dalam aqiqah, unta juga bisa menjadi pilihan. Keistimewaan unta terletak pada kemampuannya untuk bertahan di lingkungan yang keras dan mampu memberikan daging dalam jumlah yang cukup banyak. Unta memiliki keistimewaan karena dikenal sebagai hewan yang penurut, yang dapat melayani tuannya dan menuruti setiap perintah tuanya dengan patuh.

Silakan konsultasi dan order langsung dengan Costumer Service kami, KLIK LINK DI BAWAH.



 

Penulis: Selviana

 

4 Jenis Kambing dan Syaratnya, Jangan Sampai Salah!

Menurut studi yang dipublikasikan oleh Repository UIN Raden Intan Lampung menyebutkan bahwa aqiqah tidak hanya merupakan suatu syariat Islam, tapi juga terdapat nilai-nilai pendidikan Islam yang menyertainya. Hal ini terjadi karena dalam pelaksanaan aqiqah, terdapat bukti pendidikan keimanan berupa iman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, juga terdapat nilai pendidikan ibadah karena termasuk syariat Islam. Selain itu, juga terdapat nilai pendidikan akhlak dan nilai pendidikan sosial karena dengan aqiqah dapat memunculkan sikap peduli terhadap orang lain. Dalam pelaksanaan aqiqah, terdapat beberapa jenis kambing yang banyak terdapat di Indonesia.

1.Kambing Kacang

Jenis kambing ini termasuk kambing lokal yang dapat dengan mudah ditemui di Indonesia. Ciri-ciri kambing ini memiliki badan yang kecil dan ringan, telinga pendek, punggung meninggi dan berukuran pendek. Umumnya kambing kacang berwarna hitam, putih, dan coklat atau kombinasi ketiga warna tersebut.

2. Kambing Etawa

Kambing Etawa adalah salah satu jenis kambing yang di datangkan dari India. Kambing ini juga merupakan penghasil susu dan termasuk kambing pedaging. Kambing Etawa memiliki ciri khas tersendiri yaitu memiliki telinga yang terkulai ke bawah dan panjang. Kambing ini juga memiliki tanduk pendek untuk jantan maupun betina. Jenis kambing ini cocok dipilih sebagai kambing aqiqah karena mudah ditemui di Indonesia, meskipun memiliki harga yang relatif mahal dibandingkan dengan jenis kambing lainnya.

3. Kambing Peranakan Etawa (PE)

Selain kambing etawa, jenis kambing peranakan etawa juga cocok dijadikan sebagai kambing aqiqah. Kambing ini merupakan hasil persilangan dari kambing etawa dengan kambing lokal atau kacang. Ciri-cirinya adalah telinganya yang panjang dan terkulai, warna bulunya coklat muda hingga kehitaman dan ukurannya lebih kecil dari kambing etawa

4.Kambing Gibas

Kambing gibas sering digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai kambing kurban. Ciri-cirinya adalah mempunyai ekor tipis, tubuh kecil, serta mempunyai bulu yang relatif kasar. Dagingnya sendiri relatif kecil.

Selain jenis kambing aqiqah, juga terdapat beberapa syarat hewan aqiqah yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan aqiqah anak. Diantaranya : 

1. Jenis Hewan

Jenis hewan yang digunakan ketika aqiqah hanya bisa kambing atau domba dengan syarat sehat dan tidak memiliki cacat, berusia minimal 6 bulan untuk domba dan minimal 1 tahun untuk kambing, gigi hewan sudah poel (pergantian gigi hewan)

2. Banyak Hewan

Untuk meng-aqiqahkan anak laki-laki, maka jumlah kambing atau domba yang disembelih adalah 2 ekor, sedangkan untuk anak perempuan sebanyak 1 ekor.

3. Waktu Penyembelihan

Sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW, aqiqah dilaksanakan pada hari ke-7 setelah kelahiran anak.

4. Pemberian Daging

Dalam penyembelihan hewan aqiqah, bisa dibagikan dalam bentuk siap satu atau mentah dan dapat dibagikan kepada siapapun, seperti tetangga, saudara, teman, fakir miskin dan sebagainya.

Itulah beberapa penjelasan mengenai jenis kambing untuk aqiqah yang banyak ditemui di Indonesia yang bisa menjadi pedoman sebelum melaksanakan syariat Islam bagi anak yang baru lahir. Semoga Bermanfaat!

Oleh : Dzuria Hilma Qurotu Ain